Jumat, 15 April 2011

the power of mother

My super hero ‘MOM’
Perasaan ini baru aku rasakan ketika aku benar-benar jauh dari pantauannya. Walaupun 7 tahun aku hidup berpisah dengannya, tapi setidaknya aku dulu masih sering bertemu dan menceritakan segala yang aku rasakan pada super heroku yang tak pernah bosan mendengarkan segala keluh kesahku.
Tapi sekarang ketika jarak telah memisahkanku dengan super heroku, rasa kesepian dan kesendirian menyelimuti hatiku. Kerinduan yang mendalam selalu terbayang ketika masalah menghampiriku, dan ketika ketidak cocokan dengan sebagian kehidupanku yang aku jalani sekarang menghadang. Tapi bagaimanapun aku harus menatap masa depanku, karena pendidikan yang aku jalani sekarang adalah tuntutan Negara dan juga tuntutan dari agamaku untuk tetap meneruskan study dan terus mengembangkan ilmu pengetahuan.
Sungguh suatu hayalan yang muna, dulu aku membayangkan hidup di kota besar seperti Malang, tanpa membebani orang tua dengan segala pembayaran, bisa main dan keluar rumah tanpa ada yang melarang, sungguh hayalan yang indah....tapi apa kenyataannya??aku baru menyadari hidup dengan kedua orang tua yang selalu membimbing dan melarang ini itu adalah lebih baik. Aku kangen dengan segala kehidupanku yang dulu dengan kedua orang tuaku. Pagi-pagi buta selepas sholat subuh pintu kamarku dibuka, dengan penuh kelembutan ibu membangunkanku dan menawari “nderek bue yo ndok neng pasar, bue mboten enten rewange” dengan agak malas dan mulut manyun akupun bangun dan bersiap-siap untuk ikut ibu kepasar, mengais rezeki untuk aku dan semuanya keluargaku. Satu persatu anggota keluargaku bangun, mbakku bergegas membereskan rumah, adikku siap-siap ke sekolah, dan bapakku siap-siap untuk bekerja.
Kehidupan pasar, sungguh keras.....
Ibuku harus bersaing dengan pedagang yang lain agar tetap mendapatkan pelanggan. Disitu aku bisa memahami betapa sulit mengumpulkan uang, bahkan uang 100,- rupiahpun sangan berarti bagi ibuku. Pernah suatu saat aku melihat ibuku beradu mulut dengan pembeli yang menawar dagangan ibu dari 4500,- menjadi 4000,- dan ibupun bersikeras tetap tidak memberikan snack tersebut. Sepeninggal pembeli aku bertanya dengan nada sedikit kecewa karena ibu tidak mengabulkan permintaan pembeli tadi. Ibu menjawab dengan tersenyum “opo tok kira bathine bue akeh ndok?sak renteng jajan bue untung 250,- lek ditawar sak mono berarti bue rugi” . Deg! Hati ini menangis ketika aku mendengan ucapan ibu, ternyata hasil untung yang didapat ibu tak sebanyak yang aku kira. Tapi itulah ibuku, super heroku, yang tak pernah mengenal lelah dalam bekerja, terus semangat dan tak mengenal kata menyerah, untuk siapa lagi, kalau bukan untuk anak-anaknya. Maka tak heran jika Alla senantiasa memberi kemudahan kepadanya, sehingga dari hasil penjualan ibu yang tak seberapa untungnya, ibuku telah berhasil membawa anak-anaknya ke jenjang pendidikan yang tinggi. Dan dengan doanya yang sangat ampuh melebihi jimat dari negeri manapaun, aku bisa menempuh pendidikan di kampus bergengsi di kota besar AREMA tanpa biaya sepeserpun, dan menjadi alumni teladan di sekolahku dan segudang prestasi yang aku raih adalah berkat doa ampuh dari pedagang snack yang sabar dan telaten yang tak mengenal kata mengeluh.
Dulu aku malu ketika ada dari beberapa teman yang menanyakan profesi ibuku, tetapi sekarang aku sadar dan sungguh menyesal dengan perasaanku waktu itu. Maka sekarang jika ada lomba dalam bidang kecintaan pada ibu, dan banyak peserta yang membanggakan profesi ibunya sebagai dokter, dosen, guru atau apapun, maka aku akan menjadi peserta pertama yang ada pada barisan terdepan dan aku teriakkan, IBUKU ADALAH PEDAGANG YANG SUPER HERO, DAN TIDAK AKAN PERNAH ADA TANDINGANNYA DI PELOSOK DUNIA MANAPUN.
Love u much mom

Tidak ada komentar:

Posting Komentar